Fakta Menarik Seputar Lawang Sewu di Semarang: Objek Wisata Kegemaran Wisatawan
Penasaran dengan fakta-fakta yang ada di wisata Lawang Sewu? Simak artikel ini dan kunjungi wisata Lawang Sewu di Semarang pakai Lalamove Ride!
Disebut Venetie van Java, Semarang selalu menjadi kota pilihan untuk wisata sejarah yang menyenangkan sekaligus edukatif. Salah satu objek wisata yang tidak akan bisa dilewatkan adalah Lawang Sewu. Populer sebagai salah satu ikon sejarah yang paling dituju di Kota Lumpia ini, Lawang Seru dibangun dengan arsitektur kolonial Belanda yang megah dan sangat menarik secara visual. Tak heran jika banyak wisatawan yang menyempatkan diri ke objek wisata satu ini ketika berkunjung ke Semarang.
Selain punya daya pikat tinggi secara estetika, Lawang Sewu juga menyimpan cerita dan fakta unik yang tak banyak diketahui orang lain. Beberapa di antaranya membuat tempat ini menjadi sarat akan kisah sejarah dan misteri.
Lawang Sewu Berarti “Seribu Pintu”
Lawang Sewu berarti “Seribu Pintu” dalam bahasa Jawa. Penamaan ini tidak dapat dimaknai secara literal, karena jumlah pintu di tempat ini sebenarnya berjumlah kurang dari seribu. Meski begitu, semua pintu di tempat ini, termasuk jendela, pintu darurat, dan ventilasinya berjumlah sangat banyak sehingga terkesan ada seribu pintu di dalamnya. Konsep ini bukan hanya untuk estetika, tetapi juga praktis pada masa itu untuk memudahkan sirkulasi udara di sebuah gedung besar di daerah tropis, sehingga penghuninya tetap sejuk tanpa pendingin udara.
Berperan dalam Sejarah Kereta Api Indonesia
Gedung Lawang Sewu dibangun secara bertahap di atas lahan seluas 18.232 meter persegi. Bangunan utama dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907, sedangkan bangunan tambahan dibangun sekitar tahun 1916 dan selesai tahun 1918.
Mulanya, gedung bersejarah ini digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Namun, gedung ini diambil alih oleh Jepang dan digunakan sebagai Kantor Riyuku Sokyoku (Jawatan Transportasi Jepang) pada tahun 1942-1945.
Setelah kemerdekaan, Lawang Sewu sempat digunakan sebagai Kantor Eksploitasi Tengah Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) pada tahun 1946, dan resmi diserahkan pada Perumka yang kini berubah status menjadi PT Kereta Api Indonesia.
Punya Fungsi Sebagai Museum Kereta Api Indonesia
Lawang Sewu diresmikan sebagai Purna Pugar Cagar Budaya pada 5 Juli 2011. Sejak saat itu hingga saat ini, Lawang Sewu dimanfaatkan sebagai sebuah museum yang menyajikan beragam koleksi dari masa ke masa perkeretaapian di Indonesia. Koleksi yang dipamerkan antara lain: koleksi Alkmaar, mesin Edmonson, Mesin Hitung, Mesin Tik, Replika Lokomotif Uap, Surat Berharga dan lain-lain. Lawang Sewu menyajikan proses pemugaran gedung Lawang Sewu yang terdiri dari foto, video, dan material restorasi. Mendekati pintu keluar, terdapat perpustakaan berisikan buku-buku tentang kereta api.
Baca juga: 7 Spot Foto Aesthetic di Kota Semarang yang Lagi Viral
Dibangun dengan Desain yang “Nyentrik”
Bangunan Lawang Sewu dirancang oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek dari Amsterdam dengan ciri dominan berupa elemen lengkung dan sederhana. Bangunan di desain menyerupai huruf L serta memiliki jumlah jendela dan pintu yang sangat banyak sebagai sistem sirkulasi udara. Inilah yang membuat warga mengenali tempat ini sebagai “Lawang Sewu”.
Selain desain bangunanya yang unik, Lawang Sewu juga memiliki ornamen kaca patri pabrikan Johannes Lourens Schouten. Kaca patri ini bercerita tentang kemakmuran dan keindahan Jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia, maupun kota maritim serta kejayaan kereta api. Ragam hias lainnya pada Lawang Sewu antara lain ornamen tembikar pada bidang lengkung di atas balkon, kubah kecil di puncak menara air yang dilapisi tembaga, dan puncak menara dengan hiasan perunggu.
Ruang Bawah Tanah yang Jadi “Sumber Misteri”
Salah satu bagian paling terkenal dari Lawang Sewu adalah ruang bawah tanahnya yang kerap dikaitkan dengan kisah mistis. Bukan tanpa alasan, ruang bawah tanah ini memang sempat menjadi saksi bisu kekejaman penjajahan masa lalu. Ketika Jepang berkuasa di Indonesia, gedung ini diambil alih dan difungsikan sebagai Riyuku Soyuku (Jawatan Transportasi Jepang), dan ruang bawah tanahnya sempat dijadikan saluran pembuangan air sekaligus ruang tahanan dan penyiksaan bagi pribumi dan tentara Belanda. Dari sinilah, berbagai kisah kelam dan misteri banyak “lahir” dan kini melegenda di kalangan masyarakat dan para wisawatan.
Kerap Menjadi Lokasi Shooting Film dan Dokumenter
Keunikan visual dan atmosfer mistis yang dimiliki Lawang Sewu menjadikannya spot sempurna untuk syuting film dan doumenter. Mulai dari film horor hingga dokumenter sejarah, bangunan ini menawarkan latar suasana yang sulit ditiru di tempat lain. Hal ini juga membuat popularitasnya tetap tinggi, bahkan bagi generasi muda yang baru mengenal Semarang melalui layar kaca atau media sosial.
Baca juga: Ingin Pacu Adrenalin? Ini Dia 5 Objek Wisata Horor di Kota Semarang
Kini Menjadi Spot Edukasi yang Menyenangkan
Saat ini, Lawang Sewu tidak hanya menjadi objek wisata mistis bagi pelancong dan warga sekitar. Selain museum perkeretaapian, pengelola juga banyak memanfaatkan bangunan ini sebagai sarana edukasi sejarah, pameran seni, konser musik, hingga spot fotografi yang estetik. Dengan kombinasi sejarah, seni, dan misteri, Lawang Sewu tetap berhasil memikat berbagai kalangan, mulai dari pelajar hingga wisatawan internasional.
Ingin berwisata ke Lawang Sewu tanpa khawatir ongkos boncos hingga ketidaknyamanan selama perjalanan? Anda bisa mengandalkan layanan ojek online dari Lalamove, yakni Lalamove Ride. Dengan Lalamove Ride, Anda bisa pergi ke berbagai objek wisata ikonik di Semarang, bersama mitra driver profesional yang akan membawa kenyamanan selama trip hingga sampai lokasi.
Ayo pesan Lalamove Ride sekarang juga!
