Masihkah Bisnis Fried Chicken Lokal Menguntungkan? Ini Analisisnya

Apakah bisnis ayam goreng masih menguntungkan? Inilah saatnya Anda mengetahui jawabannya beserta peluang bisnisnya! Yuk simak di artikel ini!
Fried chicken sudah lama menjadi salah satu bisnis kuliner paling populer di Indonesia. Tidak hanya brand internasional seperti KFC atau McDonald’s, tetapi juga UMKM lokal seperti Sabana, D’Kriuk, Rocket Chicken, Hisana, hingga banyak gerai ayam geprek dan fried chicken pinggir jalan yang terus bermunculan.
Pertanyaannya, dengan persaingan yang begitu ketat, apakah bisnis fried chicken lokal masih menguntungkan? Jawabannya, masih, tetapi memang membutuhkan inovasi agar tetap bisa bersaing. Mari kita bahas lebih dalam melalui artikel ini.
Baca juga: Bisnis Franchise VS Mandiri, Mana yang Lebih Untung?
Pasar Fried Chicken yang Tidak Pernah Sepi
Ada alasan mengapa fried chicken selalu digemari. Menu ini termasuk comfort food dan praktis. Fried chicken disukai semua kalangan, mudah dicari, dan bisa dinikmati kapan saja.
Dari anak sekolah, pekerja kantoran, hingga keluarga, hampir semua orang punya “langganan” ayam goreng favorit mereka. Fried chicken juga pilihan praktis saat ibu rumah tangga sedang tidak sempat masak atau menyiapkan bekal anak sekolah.
Bagi UMKM, pasar fried chicken sangat luas. Harga yang terjangkau menjadi alasan mengapa brand lokal seperti Sabana atau D’Kriuk bisa bersaing dengan franchise besar.
Jika ayam goreng brand internasional bisa mencapai Rp20-30 ribu per potong, ayam goreng lokal sering dijual di kisaran Rp7-12 ribu saja. Perbedaan harga inilah yang membuat fried chicken lokal tetap relevan di pasar.
Margin Bisnis Masih Menarik
Dari sisi keuntungan, fried chicken lokal tergolong bisnis dengan margin cukup menarik, rata-rata 30-50% tergantung lokasi dan volume penjualan.
-
Harga bahan baku ayam masih relatif terjangkau dibanding daging sapi atau seafood.
-
Permintaan stabil sepanjang tahun, tidak bergantung musim.
-
Biaya operasional bisa ditekan dengan model outlet kecil atau booth sederhana, tanpa perlu sewa gedung besar.
Misalnya, sebuah outlet fried chicken lokal dengan penjualan 100 potong per hari bisa menghasilkan omzet Rp1-1,2 juta. Dengan margin 30%, laba kotor bisa mencapai Rp9-10 juta per bulan, angka yang cukup baik untuk skala UMKM.
Pilihan Modal yang Beragam
Berbicara mengenai budget, modal yang diperlukan saat membuka fried chicken tergolong ringan, apalagi jika Anda mengikuti sistem franchise dengan nama yang sudah besar seperti Sabana dan DKriuk Fried Chicken
DKriuk Fried Chicken sendiri contohnya. Mereka memiliki berbagai jenis paket kemitraan yang ekonomis, didukung dengan pelatihan dan pendampingan bagi mitra. Paket termurahnya mulai dari Rp15.000.000 berupa Paket Gerobak Ekonomis yang berisi perlengkapan dan peralatan, bahan baku, dan media promosi. Ada juga Paket Gerobak Reguler (Rp17 juta), Paket Hotsnack Ekonomis (Rp19 juta), Paket Hotsnack Reguler (Rp21 juta), hingga Paket Booth (Rp23 juta).
Paket kemitraan DKriuk Fried Chicken ini berbeda dibandingkan dengan Sabana Fried Chicken yang cuma punya satu jenis paket kemitraan dengan harga Rp23 juta. Modal tersebut sudah termasuk gerobak full stainless & perlengkapan, modah bahan baku, dan pendaftaran.
Dengan banyaknya pilihan paket kemitraan tersebut, Anda lebih leluasa untuk memilih sesuai dengan budget.
Persaingan yang Ketat
Namun, harus diakui persaingan di bisnis ini sangat ketat. Hampir setiap kelurahan punya 2-3 gerai fried chicken lokal. Tantangannya ada pada inovasi dan diferensiasi produk. Kalau rasa, harga, dan kemasan sama, sulit bagi sebuah brand baru bisa bertahan lama.
Brand seperti DKriuk Fried Chicken, d’BestO, atau Rocket Chicken bisa berkembang karena konsisten menjaga kualitas, punya variasi menu, serta strategi lokasi dekat sekolah, perumahan, atau perkantoran.
Dengan kata lain, pasar fried chicken memang luas, tapi kompetisi juga keras. Pemain baru harus cerdas mencari celah. Terlebih lagi jika Anda memutuskan untuk membangun brand baru–bukan memilih bisnis franchise.
Inovasi bisa dilakukan seperti menghadirkan berbagai menu yang unik dan khas. Jika bisnis fried chicken umumnya hanya menjual ayam dan nasi, cobalah untuk menambah varian lain.
Misalnya, menu ayam geprek sambal merah dan sambal hijau. Bisa juga menu lebih modern, seperti rice bowl ayam crispy, burger, chicken wrap, Korean chicken wings, hingga chicken bites yang mudah dijual sebagai snack anak-anak.
Baca juga: 5 Tips Ekspansi Franchise Tanpa Harus Punya Armada Sendiri
Strategi Agar Bisnis Fried Chicken Lokal Tetap Untung
Bisnis fried chicken lokal memang menggiurkan, tapi juga penuh tantangan. Fluktuasi harga ayam, persaingan harga yang ketat, dan ketergantungan pada lokasi strategis sering menjadi hambatan bagi pelaku usaha.
Apalagi kebiasaan konsumen yang semakin bergeser ke layanan pesan antar makanan online menuntut UMKM untuk lebih adaptif. Tanpa strategi yang jelas, margin keuntungan bisa tergerus dan pelanggan mudah beralih ke kompetitor.
Untuk tetap menguntungkan, pelaku usaha perlu mengantisipasi tantangan itu dengan langkah yang tepat. Dimulai dari memilih lokasi outlet yang cermat dan strategis, menu dibuat variatif dan hemat, kualitas rasa dijaga konsisten, dan operasional yang efisien.
Brand sederhana tapi kuat juga bisa jadi pembeda, ditambah pemanfaatan platform online atau layanan pesan antar untuk memperluas jangkauan pelanggan. Dengan kombinasi strategi ini, bisnis fried chicken lokal tidak hanya bisa bertahan, tapi juga berkembang menjadi brand yang lebih besar.
Namun, sebaiknya jangan terlalu bergantung pada platform layanan pesan antar mengingat platform fee yang cukup tinggi bisa berpengaruh pada harga jual dan margin Anda. Pelajari 5 Strategi yang Bisa Dilakukan Bisnis Kuliner untuk Mengurangi Ketergantungan pada Aplikasi Food Delivery.
Jadi Mitra Bisnis Lalamove, Dapatkan Berbagai Keuntungannya
Bisnis fried chicken lokal ala UMKM faktanya masih menawarkan peluang yang besar. Pasarnya luas, permintaan stabil, dan margin cukup sehat untuk dijalankan. Tantangan seperti persaingan harga, fluktuasi bahan baku, hingga perubahan kebiasaan konsumen tetap ada, namun bisa diatasi dengan strategi yang tepat.
Di sisi lain, distribusi dan pengiriman juga tak kalah penting. Banyak brand fried chicken lokal berkembang pesat bukan hanya karena rasanya, tetapi juga karena mereka mampu melayani pelanggan dengan cepat, baik untuk orderan harian maupun pengiriman ke outlet cabang.
Di sinilah Lalamove bisa menjadi partner logistik andalan. Sebagai platform pengiriman, layanan instan Lalamove membantu Anda dengan banyak pilihan armada sehingga bisa disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya ambil bumbu dan bahan baku masakan, atau bahkan kirim peralatan masak untuk cabang kedua.
Jika ingin bisnis berkembang lebih cepat dan maksimal, Anda bisa gabung jadi Mitra Bisnis Lalamove. Dengan Mitra Bisnis Lalamove, Anda bisa mendapatkan prioritas pengiriman yang memastikan pesanan sampai lebih cepat dan tepat waktu.
Nikmati juga berbagai keuntungan eksklusif, seperti diskon dan cashback yang membantu menghemat biaya operasional & pengiriman. Tidak hanya itu, berikut ini keuntungan dan fitur-fitur lainnya yang akan mempermudah pengelolaan bisnis Anda:
-
Satu akun untuk banyak pengguna – Kelola tim pengiriman dalam satu platform tanpa perlu akun terpisah.
-
Laporan keuangan yang terpusat – Semua pengeluaran pengiriman tercatat dalam satu laporan bulanan untuk memudahkan pemantauan pemakaian.
-
Asuransi lebih tinggi – Semua pesanan dilindungi dengan asuransi dan asuransi premium tambahan tersedia sesuai permintaan.
Sebagai Mitra Bisnis Lalamove, Anda akan mendapatkan semua fitur-fitur eksklusifnya. Dengan biaya pengantaran yang terjangkau rendah, Anda bisa menekan budget operasional sehingga akan memaksimalkan profit bisnis Anda.
Yuk, upgrade ke akun Mitra Bisnis Lalamove untuk bisnis fried chicken dan dapatkan berbagai keuntungannya.