Peluang Kerja Sopir Truk Online Terus Meningkat di Masa Depan
Keterbatasannya dalam urusan teknologi tidak menyurutkan niat Adib Musyafak untuk mengubah nasib dan memperbaiki taraf hidup keluarganya dan menjalani profesi sebagai sopir logistik online.
Merantau ke Jakarta Berniat Jadi Sopir
Adib Musyafak, 50 tahun, merantau dari kampung halamannya di Rembang ke Jakarta sekitar 24 tahun silam untuk memperbaiki kehidupannya. Saat ditemui di rumahnyasebelum berangkat kerja, Adib mengaku sejak kali pertama datang ke Jakarta hanya satu pekerjaan yang ingin ia lakoni, yakni menjadi sopir.
Kala itu, ia menjalani pekerjaan sebagai sopir angkot (angkutan kota) selama puluhan tahun sebelum akhirnya beralih profesi.
“Dulu, sopir angkot itu pendapatannya besar. Bisa dibilang, selama kita kuat narik pasti bakal ada aja penumpang. Ibaratnya, baru keluar rumah aja udah ada penumpang di pinggir jalan. Bahkan, penumpang yang berebut angkot,” kenangnya.
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, moda transportasi terus bertransformasi, khususnya di Jakarta. Menurut Adib, dulu pendapatan sopir angkot di Jakarta bisa lebih besar dibandingkan sopir pribadi. Zaman sekarang, angkot kalah bersaing dengan angkutan online. Sehingga, pendapatannya sebagai sopir angkot menurun drastis.
“Terakhir sebelum saya berhenti, hasil narik yang saya bawa pulang benar-benar cuma cukup buat makan. Malah kadang mepet banget. Pernah juga saya pulang cuma bisa bawa uang Rp20 ribu,” ujar Adib.
Tidak tinggal diam dengan nasib pekerjaannya sebagai sopir angkot, lantas Adib mencari kesempatan lain untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya.
Baca juga: 'Daftar Jadi Mitra Driver Lalamove, Banjir Bonus dan Insentif'
Dari Sopir Angkot Mencoba Jadi Kernet
Saat kondisinya tengah terpuruk, Adib bertemu dengan salah satu rekannya yang terlebih dulu terjun sebagai sopir truk engkel Lalamove.
“Waktu itu, saya nggak ngerti cara pakai hp. Ya, akhirnya saya bantu-bantu dulu jadi kernet sambil belajar hp. Biasanya sekali jalan, sebagai kernet saya dapat upah Rp75 ribu, tapi kan, ya itu nggak tentu dan nggak setiap hari juga,” tukas Adib.
Dengan tekad yang kuat, Adib mengalahkan keterbatasannya dengan teknologi dan mempelajari penggunaan ponsel pintar agar dia bisa beralih profesi menjadi sopir truk engkel.
Memutuskan Jadi Sopir Truk Engkel
Setelah berhasil mempelajari seluk beluk internet dan ponsel pintar, akhirnya Adib meminta izin pada kawannya yang merupakan sopir Lalamove untuk menggunakan truk miliknya. Tidak lama setelah itu, Adib akhirnya memutuskan bergabung menjadi Mitra sopir truk engkel Lalamove.
“Setelah bisa pakai hp, saya akhirnya mendatangi kawan saya yang punya truk dan minta izin supaya saya bisa diperbolehkan narik menggunakan truk miliknya. Mulai dari sini, saya bikin akun Lalamove dan jadi sopir truk engkel sampai sekarang,” cerita Adib.
Di tengah gempuran dan perkembangan layanan taksi online, Adib mengaku sama sekali tidak tertarik untuk membawa penumpang. Menurut Adib, pekerjaan sebagai sopir truk engkel lebih menjanjikan di masa mendatang dan ia yakin permintaan terhadap moda transportasi logistik yang ia tawarkan saat ini akan semakin meningkat.
Rata-rata, Adib bisa mengantarkan barang hingga ke tiga tempat jika jaraknya berdekatan. Sedangkan, jika jarak tempuh cukup jauh bahkan hingga antarkota, dia hanya bisa mengantar ke satu tempat. Namun, dalam sehari dia bisa mendapat Rp200.000 sebagai sopir truk engkel.
“Kalau pendapatan sebulan ya paling sedikit Rp5 juta. Kadang juga bisa sampai Rp8 juta - Rp10 juta. Tergantung kitanya mau narik atau nggak,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Jasa Transportasi Logistik Akan Terus Dibutuhkan
Tekadnya menjalani pekerjaan sebagai sopir truk engkel tidak main-main. Dia sempat bertanya kepada pelanggannya dan membuat survei kecil-kecilan untuk memprediksi nasib jasa sopir truk engkel dan logistik ke depan.
“Jasa logistik online ini saya yakin bakal tetap terus ada ke depan. Bahkan, saya pernah survei, perusahaan-perusahaan sekarang itu rata-rata nggak mau beli mobil dan gaji sopir. Lebih baik mereka sewa mobil, pesan lewat aplikasi.”
Prediksi Adib bukan kebetulan, sebab jika dilihat dari segi efisiensi biaya, tentu para pelaku bisnis lebih memilih untuk menggunakan jasa pihak ketiga karena lebih praktis dan hemat. Selain itu, mudah dan pengiriman bisa dilacak secara online.
Lebih hemat, praktis, dan tinggal bayar. Dari situ kan artinya ada kebutuhan armada pengiriman. Makanya, menurut saya logistik online ini bakal terus ada dan berkembang,” tutur Adib yang bercita-cita ingin memiliki truk engkel sendiri suatu saat nanti.
Baca Juga 'Santi Retnosari: Lalamove Menjadi Pintu Rezeki di Saat Susah Cari Kerja'
Raih Penghasilan Lebih Banyak Sebagai Mitra Driver Lalamove